Pages

Selasa, 14 Januari 2014

Cerpen




Jalan Terbaik

Hari ini aku harus bertemu dengan Willy diluar kelas. Sebenarnya kalo Ulya dan Tyta tidak memaksaku datang untuk mengikuti seleksi lomba menyanyi untuk mewakili sekolah sih aku ga bakalan datang. “ lo bakalan rugi, bakat lo kan ada. Sayang ga dimanfaatin Ta.” Bujuk Tyta padaku. “Bukannya gitu, tapi aku males ketemu sama...” “Jangan lo bilang itu Willy. Dengerin baik-baik ya, jangan jadikan dia alasan lo ga bisa maju Ta. Gue aja kalo ketemu sama Dika di kantin ga pernah niat tuh ga jadi makan” celutuk Ulya. “ Oke, aku pergi. Doain aja aku ga grogi ya.”
          Rame juga sih, banyak saingan jadinya. Semoga aku bisa terpilih mewakili sekolah. “ Ta, kok ngelamun sih? Pasti ini pertama kali buat lo kan? Giliran lo bentar lagi. Jangan aneh-aneh ntar ya.” tiba-tiba ada yang datang mengejutkanku. Ini yang paling aku hindari. Datang dengan penuh tebar pesona. Oke dia cantik, cuma tak bisa dipungkiri sifatnya yang selalu merasa dialah yang ahli dalam segala bidang di sekolah ini. Dan aku benar-benar tidak pernah betah lama-lama dekat dengannya. “ Ga kok, aku juga tau peraturannyaKeyla. Rasanya aku ga sebodoh yang kamu kira deh, giliranku benar-benar datang nih. Aku masuk dulu ya”aku berlari menuju ruang audisi saat Bu Dini keluar memanggil namaku.
~~~
          “ Metaaa, tungguin aku” Tunggu, ini kan suara Willy. Aduh, gimana nih. Jujur aku gugup, ga ada Ulya dan Tyta lagi. “ Hei, kok kamu ga nungguin aku? Ga baca SMS ya?” lanjutnya sambil ngos-ngosan. “ Nggg, oh iya baru kebaca. Maaf ya. Hehe” jawabku sedikit kaku. Ya gimana lagi, kami memang berteman. Hanya saja pertemanan itu sering lewat smsan. Dan akupun hampir lupa bagaimana kami memulai pertemanan ini. Selain itu? Kami hanya seperti orang di satu lingkungan tapi tidak mengenal satu sama lain. Teman-temanku sering mempertanyakan hal ini. Danini pertama kalinya dia mau memanggilku.
          “ Ga papa kok. Santai aja, jadi ganti lari sore deh. Suaramu bagus juga ternyata, ada bakat dibalik suara cemprengmu ya. Haha.” Aku jadi bingung itu hinaan atau pujian sih? “ Haha, makasih ya. Ga tau maksudmu yang sebenarnya. Oh iya kalo boleh tau, yang kamu bilang tadi malam jujur aku ga ngerti. Bisa jelasin lagi ga?”pintaku padanya. Terlihat raut wajahnya langsung berubah, seperti memikirkan sesuatu.Coba kamu pikirin lagi Ta, pasti kamu bakalan tau”. Namunpertanyaanku tetap saja tidak membuahkan hasil. Dia selalu mengatakan hal yang sama. Semoga yang ingin ia katakan sesuai dengan yang kuharapkan.
~~~
          “ Tau ga dari sekian banyak yang ikut audisi cuma 4 yang bakal kepilih dan slamat Meta lo kepilih menjadi salah satu wakil kita untuk lomba itu” Ulya yang baru aja datang nyosor mie dan jus yang belum kusentuh sama sekali. “ Beneran yang kamu bilang? Ga lucu lhoo jadi banyolan” bantahku namun juga terselip harapan bahwa itu terjadi. “ Ga mungkin gue bohong soal ini. Lagian gue boong tau tempat juga kale”. Kurasakan angin segar menyapu diriku yang rasanya ingin terbang mendengar berita ini.
          Kurasakan HPku bergetar. Ada pesan masuk “ Slamat ya Ta, ntar ketemu di ruang musik.” Begitulah bunyi pesan itu. What? Willy juga kepilih? Trus siapa dua orang lagi ya? Ga ada bayangan nih.” Gue ga nyangka lo bisa masuk. Slamat deh buat lo. Semoga persaingan kita berjalan sehat ya.” Keyla yang baru datang menghampiriku. Dari gelagatnya udah bikin ga enak nih. “ Iya, makasih ya Keyla. Tentu saja kita bersaing secara sehat. Slamat juga ya Risa” sahutku sambil memperhatikan cewek yang berdiri disebelah Keyla yang juga memperhatikanku penuh selidik. Ada apa dengan tatapan itu? “Iya, kamu juga. Sampai ketemu di ruang musik”
Di ruang musik
          “Langsung saja, saya akan membagi kalian menjadi kelompok duet. Saya memberi kesempatan kepada Keyla untuk memilih pasangan duetnya sebagai hadiah peraih nilai tertinggi di tahap seleksi ini” Ibu Dini langsung membagikan beberapa lagu yang menjadi pilihan untuk perlombaan nanti. “ Saya pilih duet bareng Willy buk, boleh kan?” Keyla langsung meraih tangan Willy.”Tentu saja boleh Keyla”. Karena pilihan Keyla, pastinya aku harus berduet dengan Risa. Untungnya aku duet sama dia, daripada ama Keyla. Jangan sampai deh.
~~~
2 minggu kemudian
          3 hari lagi aku akan mengikuti lomba di Gedung Pusat Seni dan Budaya. Terasa banget sibuknya, semoga aja usahaku sebanding dengan hasil yang kuraih nantinya. Akhir-akhir ini aku jarang banget SMS-an sama Willy. Ngerasa ada yang hilang gitu.Mungkin dia juga sama sibuknya sepertiku. Kuharap dia tau perasaanku dan dia juga memiliki perasaan yang sama.
          “Ta, kok murung sih? Yang lo nanti udah makin deket nih. Udah 2 minggu kita jarang ngumpul bareng. Senyum dikit lah” Tyta yang telah menyelesaikan misinya menamatkan satu novel per hari menegurku yang hanya mengaduk jus sirsak kesukaanku. “ Iya sih Ty, cuma aku lagi bingung aja nih. Ada yang hilang aja rasanya”.” Gue yakin lo kesepian gada kita. Tapi perasaan gue liat lo fine-fine aja sama mereka. Keyla baik ga sih orangnya? Trus si Risa tu gimana? Gue ragu tuh dia baik dalamnya. Luarnya ga tau lah.” Celutuk Ulya tetapi tetap waspada di lingkungan sekitar.
          “ Ga boleh ngomong gitu lah Ya. Dia bahkan jauh lebih baik daripada Keyla menurutku. Tapi jujur ya aku mikir Keyla suka deh sama Willy. Dia aja milih duet sama Willy daripada Risa. Kan mereka temen dekat.” mereka berpikir sejenak mengenai kata-kataku. “ Bisa jadi sih, itu dari luarnya aja. Dalamnya kan belom tau Ta. Ga jamin Risa yang lo anggap baik itu juga baik dalamnya Ta. Yang penting lo hati-hati aja.” “ Oke deh, aku bakalan waspada.
~~~
          Hari perlombaan yang kutunggu pun telah usai. Syukurlah, aku dan Risa berhasil meraih juara 2 duo putri. Sedangkan Willy dan Keyla menjadi juara 1 duo campuran. Karena pencapaian ini, sekolah kami menjadi juara umum dan mewakili kota untuk tingkat provinsi. Kamipun berencana akan merayakan kemenangan ini dengan sahabat di hotel dekat gedung Pusat Seni dan Budaya. Tentu Ulya dan Tyta akan kuundang. Satu misiku hari ini, untuk menanyakan alasan Willy tidak menghubungiku.
          “Lo beneran hebat nyanyi ya. Salut deh gue.” Keyla yang baru datang langsung memelukku. Heran dia jadi manis beneran didepanku “Makasih Keyla. Lebih hebat kamu lah, juara satu. Tapi..” kata-kataku terputus saat melihat Willy dan Risa sedang ngobrol dan terlihat wajah Willy yang seperti terpana melihat Risa dan Risa pun menikmati pandangan yang diberikan Willy padanya. Ada apa ini?
“ Tapi kenapa? Hei Meta. Lo kenapa sih? Kayak abis liat setan aja” Keyla sedikit terlonjak saat mengikuti pandangan mataku yang hanya terfokus pada Willy. “Jangan bilang lo, aduuh” Keyla jadi kelabakan sendiri.”Aku duluan pulang ya Keyla. Ga enak badan nih”. “Eh, jangan dong. Kita belom have fun bareng. Lagian sahabatmu belum datang. Kasian mereka ga ketemu kamu” bujuk Keyla namun aku hanya berjalan menuju kamar hotel dan berniat untuk tidak keluar sampai esok hari.
~~~
Sebulan kemudian, 
Aku jadi tidak ingin mengetahui apa yang akan dikatakan Willy sesuai janjinya. Rasanya angan-anganku ga bakalan terwujud. Jadi apa artinya penantianku yang hampir berjalan 2 tahun ini? Setelah meilhat kejadian itu, aku langsung menghapus nomor Willy dan berusaha untuk tetap santai ngobrol dengan Risa seperti tanpa beban. Keyla justru jadi lebih perhatian kepadaku dan sahabatku juga tidak jealous dengan tindakan Keyla.
“ Perlu lo ketahui Ta, orang yang gue percaya buat nemenin lo selagi ga ada kita ya Keyla. Dan kita juga udah sering ngingetin lo tentang Risa dan lo ga mau denger. Kebuktikan? Yang ngelukain lo tu Risa dan sekarang yang ada disamping lo siapa?” Ulya berbicara panjang lebar dan diiringi anggukan semangat Tyta. “ Iya aku sadar. Makasih ya sahabat-sahabatku tersayang” aku berusaha merangkul mereka namun mereka mengelak. Pengen rasanya aku juga meluk Keyla kalo dia ada di sini juga.
Malamnya,
          Sepi nih ga ada SMS masuk. Miris banget nasib HPku udah sebulan lebih nganggur ga ada temen. Waktu mau ngirim SMS iseng ke Ulya, tiba-tiba ada sms masuk dari nomor yang ga kukenal. Bahagia akhirnya ada yang SMS masuk.
From : +62857XXX
Meta, maaf ak bru bsa sms kamu skrang. Aku kangen kamu. Rasany ad yg bda dri kamu. Ad ap?
          Bisa langsung kutebak. Ini Willy. Apa sih maunya? Kan udah ada Risa, ngapain aku masih dipikirin? Balas ga ya? Aduh, pusing. Jujur aku juga kangen Willy dan pengen bales SMS dia. Ya udah, aku bales aja kali ya.
To : +62857XXX
Gpp kok Wil. Kamu aj ngrsa ad yg beda dr ku. Kalo blh jujur nih, km kemna aj? Aku kangen juga.
          Hm, aku jadi ragu ngirimnya. Setelah kuputuskan untuk mengirimnya, selalu gagal. Ada apa ya? Kucoba cek pulsa dan sayang sekali pulsaku tidak mencukupi untuk mengirim satu SMSpun. Mau pergi keluar beli pulsa malah kena marah. Jadi kesel karena ga bisa bales SMS Willy. Besok aku bilang langsung aja sama Willy, seakan aku lupa dengan kejadian yang kulihat setelah perlombaan itu.
~~~
          Mana Willy ya? Biasanya Willy udah keluar dari kelas cepet-cepet. Apa dia ga baca SMSku?  Baru berniat untuk nyusul ke kelas, Willy dengan gitar kesayangannya berjalan menuju ke arahku. Secara tidak sadar, aku telah melayangkan pandangan bahagia kepadanya. Ia menyambut tatapanku dengan senyum juga. Ada sesuatu yang ia pegang di sebelah gitar. Apa itu?
          “ Ta, kok ga balas SMSku tadi malam? Kamu marah ya sama aku?”tanya Willy terlihat takut menatapku. “Aku minta maaf Wil, pulsaku habis tadi malam. Sekarang udah ada kok. Kalo ntar malam SMS bakalan aku bales kok.”jawabku tersenyum bahagia sambil menelusuri sesuatu yang dibawa Willy. “ Hm, Meta aku mau ngasih ini sama kamu. Harap kamu terima ya.”ia menyodorkan sesuatu yang ketelusuri tadi. “ Dalam rangka apa ya? Ulang tahunku masih jauh kok 2 bulan lagi. Makasih ya” walaupun ragu aku tetap menerimanya.
          Willy hanya terdiam, seakan ada sesuatu yang ingin ia sampaikan.” Ayo ngomong aja, takut amat sih. Aku ga makan orang lho”hasutku agar Willy mau berbicara padaku. “ Hm gini, gimana ngomongnya ya Ta? Oke, aku cuma pengen bilang kalo sebenarnya aku tu suka sama kamu, Ta”perasaan bahagia menyelimutiku karena 2 tahun penantianku rasanya sudah terbayar.
          “ Tapi Ta, aku minta maaf banget sama kamu. Aku sekarang udah jadian sama Risa. Maaf banget aku harus ngomong gini, aku tau aku udah janji sama kamu. Ya, yang mau aku omongin sama kamu itu tentang perasaanku. Dan yang aku kasih itu adalah sesuatu yang kamu bilang pengen dikasih oleh pacar kamu nanti. ”rasanya aku ditampar sangat kuat mendengar lanjutan Willy. Kurasakan mataku panas mendengar hal ini. Kucoba untuk tetap bersikap tenang. Willy menatapku seakan ingin menunggu jawabanku.
          “ Oh gitu ya. Ya udah,makasih buat hadiahnya” aku langsung beranjak pergi. Namun ia langsung menahanku, “ Kamu pikir semudah itukah masalahnya? Seenaknya kamu hanya berkomentar seperti itu? Kamu tau ga berapa lama aku ngumpulin kekuatan biar bisa ngomong ini? 2 tahun aku sabar nungguin kamu biar bisa ngerasain aku Ta. Tapi respon yang kamu berikan? Selalu menganggap aku cuma teman biasa.” Lalu aku membalikkan badan seakan juga membalas semua perkataannya.
“Wil, kamu pikir aku harus respon apa lagi? Kamu udah ada Risa, apa aku harus bahagia mendengar orang yang sudah punya pacar mengaku menyukai cewek lain? Aku ga bisa bayangin kalo aku di posisi Risa Wil. Kuharap kamu ngerti” tanpa peduli Willy menahanku begitu keras, aku langsung menuju parkiran dan mengayuh sepedaku sekencang mungkin agar tidak ada yang menyadari tetesan air mataku.
~~~
Aku butuh sahabatku. Dimana mereka? Ya, Ty, dimana kalian? Kucoba menghubungi mereka, namun tak ada jawaban. Kupandangi pemberian Willy tadi. Bingkisan itu masih terbungkus rapi, tapi bsa kutebak isinya, semua berbau Mickey Mouse. Kenapa aku bisa membohongi hati saat aku masih dekat dengannya? Biarlah, sudah terlambat juga. Aku harus berhenti meratapi yang sudah terjadi. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar dan langsung saja membuka tanpa kuizinkan.
“Ta, lo yang sabar ya Ta. Ini yang gue takutin dan benar-benar terjadi. Padahal gue udah cegah dan ga bisa ternyata. Gue minta maaf ya Ta” Keyla yang baru aja datang langsung memelukku seakan mengetahui semua masalahku. Mungkin dia benar-benar tau. Pelukannya member ketenangan untukku. “Makasih ya Keyla buat kedatangannya.”jawabku singkat.
 “Andaikan lo tau gue dari dulu udah tau lo emang deket sama Willy cuma lewat SMS. Gue juga ceritain itu sama Risa dan ternyata Risa juga naksir sama Willy. Karenague tau Risa itu playgirl ya ga rela dong gue Willy sama dia. Secara, Willy tu sepupu gue. Dan jujur gue nyesel udah cerita sama Risa. Maafin gue ya Ta” Aku tertegun mendengar pengakuan Keyla. Ternyata aku telah salah menilai Keyla selama ini. “Risa pandai membaca peluang, disaat Willy bingung dengan perasaannya Risa datang dan memberi sesuatu yang ia butuhkan. Perhatian yang nyata dari seorang cewek. Dan itu ga bisa ia dapetin dari lo Ta”
Tiba-tiba Ulya dan Tyta muncul dari balik pintu langsung memelukku. Air mataku langsung mengalir deras melihat mereka. Mencoba tegar didepan Keyla justru luntur saat melihat Ulya dan Tyta. Aku sangat butuh mereka, baru kurasakan sakitnya jatuh cinta. Mereka menenangkanku dan berusaha menghiburku dengan sepenuh hati. Bagaimanapun sakitnya hatiku sekarang buyar saat melihat senyum tulus sahabat-sahabatku. Aku ingin segera melupakan Willy, semoga Tuhan melumpuhkan ingatanku tentang luka yang diberikan Willy kepadaku. Hidup tidak akan berhenti di satu titik karena masalah cinta.
Dua bulan kemudian,
          Di jalan menuju perpustakaan, aku bertemu dengan Willy. Ada yang mengganjal di hatiku namun kuberusaha untuk tetap tenang dan mengumpulkan kekuatan untuk menyapa Willy. “ Hei Wil” sapaku berusaha seramah mungkin. “ Hei Ta”jawabnya bingung dengan reaksiku yang kuyakini diluar dugaannya.” Kenapa? Kamu pasti heran kan? Jangan salah Wil. Ini adalah the power of friendship. Karena sahabatku lah aku bisa begini. Jadi jangan cemas, aku bakalan baik-baik saja” Ia tertegun mendengar kata-kataku
          “Benarkah? Aku jadi salut dengan persahabatan yang kamu miliki. Kalo gitu boleh ga aku jadi sahabatmu, Ta?” aku tak percaya dengan yang ia bicarakan. “Tentu saja Wil. Aku ga keberatan kok” Ia menyambut jawabanku dengan senyuman yang tak pernah lepas dari ingatanku. Oh Tuhan, mungkinkah inilah cara agar aku bisa melumpuhkan ingatanku tentangnya dengan cara bersahabat dengannya? Biar waktu yang menjawab. Kita yang menjalani dan kita yang menentukan kedepannya berjalan sesuai rencana atau tidak
SELESAI

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

Free Chip Walking ani Cursors at www.totallyfreecursors.com

About